Senin, Februari 18, 2008

Tentang Memiliki

Kapan anda merasa memiliki sesuatu? Saat anda mempunyai pengetahuan tentangnya. Apa saja yang anda ketahui? Setiap hal yang anda jalani dan anda memiliki pengalaman tentang hal itu, maka anda merasa memliki hal terebut. Hal itu bisa berupa apa saja, selama hal itu pernah menghampiri diri anda dan anda memberikan kesan terhadap pengatahuan itu, baik itu kesan yang baik maupun buruk, baik memilikinya secara materi maupun non-materi.
Jika setiap yang anda ketahui selalu diiringi rasa memiliki maka pengetahuan anda saat ini pun harus diwaspadai dan anda jaga benar keberadaannya, karena sesuatu yang secara non-materi lebih mudah untuk dikuasai dibandingkan pengatahuan anda tentang materi dan anda memlikinya sebagai objek. Penjagaan anda terhadap pengatahuan anda secara non-materi merupakan sesuatu yang mahal dan vital, karena jika anda tidak mampu mempertahankannya maka anda akan mengalami guncangan dan goyah dalam menjalani kehidupan.
Setiap kita mungkin bisa bertahan saat tidak memiliki sesuatu secara materi, baik itu harta, rumah, teman, lingkungan, benda-benda pribadi dalam kamar anda, dan sebagainya walaupun mungkin keadaan bertahan itu sangat payah, namun anda dapat mencapainya kembali dengan usaha baru, kesempatan baru, di tempat baru, suasana baru, begitulah seharusnya. Tetapi tidak memiliki pengatahuan (sesuatu yang non materi), baik itu bernama moralitas, religiutsitas, norma, adab, etika dan sebagainya merupakan mimpi buruk yang mendekati kegilaan, kegilaan yang sangat.
Terhadap apa kita harus bertahan? terhadap serangan dan ancaman rampasan pengatahuan dari orang-orang yang tidak mengetahui banyak sehingga ia serakah, dan ancaman orang yang tahu banyak sehingga ia menindas. Dan beberapa dari jenis ini seringkali kita temui dalam kehidupan ini. Dibutuhkan sikap yang tenang, kritis, berimbang dan pengetahuan tentang "tahu" yang anda ketahui
Tetapi kemudian, mengapa kita harus takut? Dari mana rasa takut kehilangan itu timbul? Adakah bahaya yang mengintai ketika memiliki pengetahuan itu kita biarkan? Apakah memiliki pengetahuan itu dibatasi?
Dorongan yang murni (yang tidak kita ketahui dari mana asalnya) untuk mencapai kebenaran pengetahuan selalu mendorong kita untuk memperbaiki pengetahuan yang kita meliki sebelumnya, dengan up date-an terbaru. Kita memproduksi ulang hal-hal baru dari pengetahuan-pengetahuan lama sehingga dihasilkan produk baru siap pakai yang kemudian kita terapkan dalam keseharian.
Kemudian, tenang asal kebenaran, tentulah ia berasal dari sesuatu di luar diri manusia, karena kebenaran itu tidak dapat dihasilkan begitu saja dari proses berfikir, bahkan proses berfikir anda sendiri bukankah beranjak dari hal-hal di luar diri anda yang setiap hari anda alami? Bukankah generalisasi yang anda lakukan melalui proses berfikir berangkat dari keseharian anda yang anda alami dan anda yakini benar dan salahnya?
Jika kemudian kebenaran berasal dari luar diri kita, maka seharusnya ketakutan terhadap kepemilikan pengetahuan itu tidak perlu berlebihan, yang perlu ditakutkan kemudian adalah ketidakmampuan anda untuk menghadapi kebenaran baru yang datang kepada anda disaat anda memegang teguh dan kuat pengetahuan lama anda, karena itu adalah tindakan yang sangat bodoh sekali.
Tentang pengetahuan yang dibatasi, tentu bukan bahasan yang menarik. Apakah ketakutan anda akan dosa dan melanggar norma menghambat anda untuk mempelajari sesuatu? Apakah ketakutan anda untuk mempelajari ilmu maling, ilmu ghaib dibatasi oleh prasangka orang lain yang mengatakan anda kurang sehat berfikirnya, dan ketakutan mempelajari sesuatu yang tabu apakah karena berimplikasi terhadap dosa? Saya rasa tidak. Yang perlu ditakutkan justru sikap kita yang tidak mau mempeljari sesuatu yang baru tersebut karena ternyata kebutuhan kita akan hal itu nantinya menjadi mutlak. Berhentilah bersikap primitif dan kolot serta sikap berlebih-lebihan.
Kembali kepada bahasan tentang memiliki yang sebenarnya. Apa yang selayaknya kita pertahankan untuk dimiliki? Saya rasa yang utama adalah kesadaran. Kesaadran bahwa kita tidak dapat memiliki seusatu secara mutlak, kesadaran bahwa kita mempunyai pikiran, kesadaran bahwa tidak ada yang benar-benar dapat dipertahankan, kesadaran bahwa sebenarnya saya dan anda tidak benar-benar "sadar".
Karena "sadar" yang disadari mendapat dorongan dari alam bawa sadar yang ingin mengaktualisasikan sebagian dirinya dengan memberikan subjektifitas dirinya yang harus dituruti, diingini, dikuasai dan dorongan dari dirinya yang memberikan arah tujuan, walaupun tujuan tersebut sebenarnya samar.
Jadi, anda memiliki kesadaran dan menyadari itu, tetapi dorongan atas sadar bersandar pada dorongan alam bawab sadar yang mengomandani kegiatan sadar anda tanpa anda sadari. Lalu apa yang dimiliki?

Tidak ada komentar: