Selasa, Februari 12, 2008

Menjadi Manusia Sadar


“Barang Siapa Yang Mengenal Dirinya, Maka Akan Mengenal Tuhannya” kalimat tersebut sering kita dengar, baik itu dari ‘ulama, orang pintar maupun buku-buku yang tertulis. “Gnothi Seauton” begitu Sokrates bilang. Tokoh Filsuf asal Yunani inipun mengumandangkan hal yang sama.

Apa maksud dari paragraf pertama diatas?. Sebelum mengkaji lebih jauh, terlebih dahulu akan saya terangkan tulisan pengantar, agar pemahaman yang didapat dari kalimat-kalimat tersebut dapat dengan mudah masuk dalam pemahaman kita.

بسم الله الرحمن الرحيم

Kita hidup di zaman pencitraan. Zaman dimana segala sesuatu yang ada mengalami peningkatan makna secara berlebihan. Sebut saja seperti musisi idola yang ditampilkan setiap hari oleh televisi. Sosok idola tersebut tampil dengan dandanan yang menarik, cantik, mewah, hidup dengan kesenangan, dikelilingi dengan kemewahan, hidup enak, makanan enak-enak, pakaian banyak dan sebagainya.

Kita selaku orang yang mengkonsumsi citra tersebut akhirnya mengendapkan citra tersebut di kepala kita. Orang yang menginginkan menjadi musisi top, selalu membanyangkan dirinya dikelilingi dengan wanita cantik, makanan enak, ketenaran, kehadirannya disambut dimana-mana, mobil, rumah, pakaian dan makanan yang mewah, dan sebagainya. Jika kita berniat seperti itu, maka kita pun sebenarnya sudah menjadi korban dari gejala pencitraan tersebut. Yang lebih menghebohkan lagi, mungkin sekali diantara kita yang rela mati demi mempertahankan citra-citra tersebut, meskipun kita tidak sadar bahwa hal tersebut adalah omong kosong dan penipuan.

Contoh lain yang dapat diberikan misalnya, produk konsumsi. Sebut saja Sunsilk bagi perempuan. Shampoo ini seakan-akan menjadikan percaya diri kita bertambah jika kita menggunakan Sunsilk, seakan-akan ketombe yang menghalangi kita mendapatkan jodoh telah hilang untuk selamanya, berganti dengan rambut sehat bebas ketombe yang akan membuat seluruh pri jatuh cinta. Atau, merk air mineral Aqua. Setiap kali kita membeli minuman, selalu mengatakan “Beli Aqua” padahal, yang kita beli adalah merk Grand, Tripanca, atau lainnya. Ini contoh konkret, bagaimana kita setiap hari selalu dijejali berbagai macam pencitraan yang berlebihan terhadap banyak hal. Jika anda merasa bahwa anda memang seperti itu, sudah saatnya berubah dan memperbaiki pemikiran anda, karena anda sedang menjadi robot konsumtif, yang diciptakan oleh para produsen produk agar selau membeli barang mereka, meskipun hal tersebut tidak bermanfaat sedikitpun bagi anda.

Untuk menjadi makhluk manusia yang sadar akan dirinya, anda harus melihat diri anda apa adanya. Tidak perlu anda memamerkan benda-benda materi yang ada pada diri anda atau milik orang tua anda walaupun anda merasa bahwa diri anda menjadi lebih Pe-De dan seakan-akan perhatian semua orang tertuju pada diri anda. Jikalau anda melakukan itu, berarti anda sedang melakukan pencitraan terhadap orang lain disekeliling anda, bahwa menggunakan benda-benda materi tersebut menaikkan harga diri, status dan kewibaan anda.

Jikalau anda masih kurang yakin, jawablah pertanyan berikut ini: Apa Yang Sebenarnya Anda Miliki?

Karena anda pada hakikatnya tidak memiliki apapun didunia ini, bahkan terhadap hidup yang anda jalani setiap hari. Lalu apa yang menjadi kebanggaan anda? Seharusnya tidak ada, bukan? Bahkan amal perbuatan anda yang anda rasa baik dan mempunyai nilai pahala, tidak bernilai apapun bagi Allah, karena Allah tidak mamsukkan seorang hamba-Nya karena amalnya, termasuk Rasulullah saw (lihat hadits). Tetapi masuknya beliau dan pengikutnya ke surga adalah karena rahmat Allah SWT.

Jikalau pembahasan diatas sudah cukup membantu anda untuk mengenali diri anda, maka sekarang saatnya kita membahas aspek lain dari diri manusia yang saya coba rangkum dari ayat-ayat Al Qur’an.

Dahulu kala, manusia adalah sebuah Tanah/Tembikar yang dibentuk yang tidak memiliki kemampuan apapum, bahkan belum dapat disebut sebagai sesuatu (76:1-3). Kemudian, Allah meniupkan ruh-Nya (7:172) kepada manusia sehingga memiliki kehidupan (15:29/38:72). Dan ulama sepakat bahwa manusia pertama adalah Adam, yang kemudian dibekali dengan pengetahuan (2:31,33). Dan kerana pengetahuannya tersebutlah, maka Tuhan memerintahkan Malaikat dan Iblis untuk tunduk (hormat) kepada manusia(2:34/7:11,12/17:61). Ini melambangkan, bahwa manusia memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Namun, bukan berarti kemudian kita tidak memiliki sifat penyembahan seperti Malaikat, Jin, Iblis maupun yang lainnya. Pada hakekatnya, manusia adalah abdi atau penyembah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang mengatakan bahwa sebenarnya jin dan manusia diciptakan untuk menyembah kepada-Nya (51:56)

Karena seluruh alam ini merupakan ciptaan Allah, maka semua hal yang kita hadapi, maupuan pada diri kita sendiri, melambangkan Allah sang pencipta. Anda melihat gunung, kemudan terpesona dengan keindahan, keagungan, keperkasaan,. Pada hahikatnya anda sedang mengagumi Allah juga. Anda mengagumi lawan jenis yang cantik ataupun tampan, itupun sebernarnya anda sedang mengagumi Allah. Namun, karena hakikat ini tersembunyi, maka anda terkadang terperangkap oleh pencitraannya, bahkan mencintai sampai mati pencitraan itu, bukan mencintai hakikatnya.

Anda mencintai Ani yang cantik, anda akan berusaha untuk mendapatkannya, apapun cara dilakukan, bahkan anda rela berkorban untuknya. Anda berarti sudah mencintai citra tuhan yang ada pada diri Ani, dan sudah melupakan cantik hakiki yang dimiliki oleh Allah. Jikalau ini menghantui anda, selamanya hidup anda akan merasa tersiksa, karena anda hanya mencintai citra Tuhan, bukan tuhan itu sendiri.

Maka, karena tabiat menyembah itu ada secara fitrah pada diri manusia, maka tabiat menyembah itu harus diletakkan pada porsi yang seharusnya. Pada saat itulah anda dapat dikatakan sebagai manusia sadar akan dirinya dan sadar akan tuhannya. Karena alam materi tidak akan pernah memuaskan diri anda selamanya, karena anda hanya mendapatkan citranya saja, bukan hakikat.
و السلام عليكم

Tidak ada komentar: